MORGEN [OFFICE and ELECTRICAL EQUIPMENT]

ABOUT CCTV

PENGERTIAN CCTV

Kendati bukan pemilik pabrik, namun kami ingin mengemukakan seputar  sebaran titik camera yang baik untuk lokasi pabrik. Memang, ukuran baik tidaknya titik camera adalah relatif, artinya tergantung pada siapa yang melihat dan memanfaatkan sistem ini. Sepanjang pengamatan kami, untuk pabrik sekurang-kurangnya ada 3 (tiga) pihak yang berkepentingan dengan sistem camera CCTV ini, yaitu:

1. Pemiliknya sendiri (Owner).
2. Staf Personalia (HRD).
3. Bagian Keamanan (Security). 

Owner berkeinginan melihat aktivitas keseharian pabrik guna memastikan bahwa semuanya berjalan dengan baik. Terlebih lagi saat dia sedang berada di luar kota (luar negeri), maka tidak dipungkiri bahwa keinginan untuk sekadar melihat tentunya ada. Demikian pula dengan Staf HRD yang sering dipusingkan oleh ulah sebagian karyawan yang suka titip-menitip absen. Dengan penempatan camera yang tepat, maka hasil rekaman karyawan nakal tadi bisa dijadikan barang bukti sebelum management mengeluarkan SP ataupun PHK terhadapnya. Namun, tujuan terpentingnya adalah pencegahan (preventif) terhadap kasus serupa. Di sinilah diperlukan letak camera yang tepat.
Bagaimana halnya dengan Satpam (Security)? Hal ini tampaknya masih menjadi perdebatan sehat, perlukah Satpam dibekali dengan perangkat CCTV yang notabene merupakan peralatan canggih? Sebagian pabrik memandang tidak perlu. Mereka lebih mengandalkan pada peralatan "Guard Patrol" atau "Watchman's Clock", sehingga Satpam-lah yang harus patroli pada jam tertentu, bukan melihat dengan camera. Namun, sebagian pabrik lain memberikan fasilitas perangkat CCTV ini kepada Satpam mereka dengan alasan luasnya area dan perlunya dokumentasi rekaman bilamana ada kejadian.  Tetapi yang jelas, persoalan ini kembali diserahkan pada masing-masing owner.
Baiklah, sebagai wacana untuk mempertajam persoalan ini, kami ilustrasikan sebuah pabrik, katakanlah seperti pada gambar di bawah ini (kliklah pada gambar untuk memperbesar!). Perhatikanlah, bagaimana camera tidak disebar berdasarkan area, namun berdasarkan pada urutan pergerakan orang (sequence). Lebih anehnya lagi, kami tidak memasang camera di Ruang Produksi sebagaimana lazimnya dilakukan. Anda banyak melihat titik rawan? Ya, tentu saja! Tetapi bagi kami perletakan seperti ini sudah mencukupi. Nah, bagaimanakah kira-kira alasannya?





 













Camera 1 - Gerbang Utama (Main Gate)
Seperti biasa, camera penyambut selalu diletakkan di sekitar sini. Fungsinya sudah bisa ditebak, bukan? Selain sebagai pemantau tamu, camera ini berfungsi mengawasi Satpam apakah ia telah melaksanakan SOP (Standard Operating Procedure) dengan benar atau tidak terhadap tamu yang datang.


Camera 2 - Parkir Motor Karyawan / Tamu 
Dibandingkan dengan panjang area parkir, letak camera di sini memang kurang begitu efektif untuk melihat dengan jelas hingga ke setiap sudut. Tapi, jika penempatannya pas di jalur masuk atau keluar, maka camera ini bisa menjadi penghambat bagi mereka yang berniat mencuri motor atau helm karyawan.


Camera 3 - R. Masuk Karyawan (Mesin Absen Masuk)
Secara psikologis, menempatkan camera di tempat ini akan memberi efek "menakutkan" bagi karyawan. Jika kedapatan mengetokkan kartu absen temannya, maka sanksinya dia dan temannya akan terkena PHK. Perimbangkanlah untuk menempatkan camera di area ini, terlebih lagi jika pabrik memakai sistem absensi kartu "amano" ataupun proximity card.


Camera 4 - R.Keluar Karyawan (Mesin Absen Keluar)
Kendati jarang terjadi, karyawan yang pulang atau sudah berganti shift sebelum waktunya bisa terekam oleh camera ini. 


Camera 5 - Office Backdoor
Pintu P2 ini berfungsi sebagai jalur keluar-masuk sekaligus penghubung antara staf kantor dengan staf pabrik ataupun sebaliknya. Juga sebagai jalan seandainya direksi ingin mengajak client untuk meninjau pabrik melalui G4. Jalur ini jalur "hidup", sehingga kadangkala ada juga staf nakal yang meminjam sample produk dari pabrik (untuk diperlihatkan kepada client), tetapi lupa mengembalikannya. Ini bisa dikategorikan sebagai keteledoran, bahkan pencurian (terselubung) yang lama-kelamaan akan "menguapkan" aset? Harapannya, camera ini bisa mereduksi kejadian serupa, karena paling tidak rekaman kejadiannya bisa dilacak. Ini adalah salah satu dari sekian banyak fungsi camera backdoor.


Camera 6 - Backdoor Hallway
Untuk lebih meningkatkan kesadaran karyawan, maka di terminal absensi dekat pintu belakang inipun satu camera diletakkan. Harapannya sekali lagi, persoalan "titip-menitip" absen bisa diminimalisir, bahkan dikurangi sampai nol alias tidak pernah ada. Selain itu, camera ini berfungsi pula sebagai backup camera 5. Perhatikanlah, bahwasanya nanti orang yang tertangkap oleh Camera 5 akan tertangkap lagi oleh Camera 6. Inilah yang dimaksud dengan sequence. Pada tampilan DVR akan terlihat, orang dari frame nomor 5 akan masuk ke frame nomor 6. Bukankah ini satu hal menarik yang nantinya bisa dijadikan bukti yang lebih kuat? Namun, satu kendala dalam memasang camera pada posisi ini adalah persoalan silau (overexposure), sehingga objek malah tenggelam dalam cahaya putih. Oleh sebab itu, pilihlah camera yang memiliki karakteristik backlight compensation (BLC) yang baik atau nilai F Stop di atas rata-rata.


F Stop

Telah disinggung pada bahasan lalu, bahwa lux memegang peranan dalam menentukan hasil gambar. Camera dengan lux kecil memang sensitif pada malam hari, tetapi di siang hari cenderung akan silau. Kali ini akan kami jelasakan peranan F Stop dalam kaitannya untuk mengatasi masalah silau ini.
Pengaruh F Stop terhadap Depth of Field 

Sejujurnya kami bukan seorang fotografer, baik amatir apalagi profesional, sehingga sulit menjelaskan fenomena ini dari sisi teknik fotografi. Namun, apa yang kami coba beberapa tahun lalu terhadap dua jenis lensa dengan F Stop berbeda memperlihatkan secara jelas betapa berpengaruhnya nilai F Stop ini terhadap hasil gambar. Perhatikanlah dua screenshot di bawah ini.


Lensa Varifocal 3.5mm - 8mm 1/3" F1.0            



Pada lensa dengan nilai F = 1.0, camera terlihat silau (istilah lainnya: whiting out), sehingga ada bagian yang terlihat fokus, ada pula yang tidak. Dalam gambar di atas, bagian yang tampak fokus hanya filing cabinet di bagian depan, sedangkan sisanya kabur (out of focus). Perbandingan antara area yang fokus dengan area yang kabur tadi disebut dengan istilah Depth of Field (Ind. kedalaman medan). Perhatikanlah kepala, wajah, jam dinding dan anak tangga di area belakang. Semuanya seolah tenggelam oleh pantulan dinding berwarna putih, bukan?

Lensa Varifocal 3.5mm - 8mm 1/3" F1.4

 
Namun, saat lensa diganti dengan yang bernilai F=1.4, pengaruh silau tadi semakin berkurang dan depth of field pun tampaknya menjadi lebih baik. Perhatikanlah kepala, wajah, jam dinding, anak tangga di latar belakang. Kini terlihat menjadi lebih jelas, bukan? Bahkan, di dinding ternyata ada whiteboard yang sebelumnya "tenggelam", tetapi kali ini kian tampak jelas.

Depth of Field menyatakan perbandingan antara area yang fokus dengan yang kabur dalam satu frame.  Depth of field yang besar akan memiliki area fokus yang luas. Artinya, objek dekat maupun jauh akan tampak jelas. Sebaliknya, depth of field yang kecil hanya memiliki sebagian area saja yang fokus, selebihnya kabur. Depth of field ini dipengaruhi oleh beberapa faktor.  Lensa sudut lebar (milimeter-nya kecil) umumnya memiliki area fokus lebih luas ketimbang lensa zoom.  Sedangkan nilai F stop lensa yang besar memiliki area fokus yang besar juga. Pada lensa auto iris, penyesuaian aperture (F Stop) ini akan selalu diikuti dengan variasi depth of field secara konstan. Depth of field cenderung akan mengecil pada malam hari,  karena pada saat itu lensa auto-iris akan terbuka penuh. Akibatnya, objek yang tadinya tampak fokus di siang hari, pada malam hari bisa menjadi tidak fokus lagi.
Kesimpulan yang bisa diambil oleh penulis secara awam terhadap masalah ini adalah:

1.   F Stop (atau biasa disingkat F saja) merupakan parameter lensa yang berhubungan dengan kemampuan lensa tersebut dalam menahan cahaya masuk.
2.   Nilai F yang kecil akan meloloskan cahaya lebih banyak daripada F yang besar.
3.  F yang besar lebih dibutuhkan pada siang hari (seperti pada percobaan di atas). Sedangkan untuk malam hari –jika tidak terlalu kritis-  objek yang gelap bisa dibantu dengan penerangan tambahan. Ini lebih kami sukai ketimbang mengandalkan perubahan F stop.

4.  Kualitas lensa tidak hanya dilihat dari parameter F stop saja. Jadi, lensa dengan F besar tidak dikatakan lebih baik kualitasnya daripada F yang kecil.

5.  Selain oleh F stop, kualitas hasil akhir gambar ditentukan juga oleh: resolusi camera, kualitas ccd, format camera, kualitas DVR dan TV monitornya sendiri. Jadi dalam menentukan kualitas gambar, parameter F Stop tidak bisa dijadikan sebagai satu-satunya acuan.  

6.  Untuk aplikasi outdoor ada yang menyarankan agar kita menggunakan lensa dengan F Stop yang variabel, yaitu auto iris. Benarkah demikian?

Camera 7 - Front Desk
Posisi camera di sini merupakan area favorit bagi kebanyakan instalasi CCTV dan memang benar demikian adanya. Camera ini terbilang paling sibuk merekam aktivitas di front desk, khususnya tamu (client) yang datang dan pergi. Walau fungsi front desk ini berbeda-beda antara pabrik dengan tempat lain (semisal Bank dan Hotel), tapi secara umum area ini seperti menjadi area wajib bagi instalasi camera, sehingga kamipun ikut menempatkannya di sini. Lantas, dimanakah posisi yang baik? Jika diinginkan sudut pandang lebar, maka tempatkanlah camera di sudut menghadap ke dalam. Apa sebab? Dalam banyak kasus, jika camera menghadap ke luar, maka akan muncul gejala silau (masalah ini umumnya sulit diatasi, bahkan dengan mengganti camera sekalipun!). Oleh sebab itulah, kami lebih memilih untuk menghadapkan camera ini ke arah dalam seperti terlihat pada gambar di atas. Perhatikanlah perubahan yang muncul setelah camera diubah arah!


Camera 8 - Ruang Tunggu Tamu
Alasan mengapa kami memilih tempat ini untuk dipasangi camera cukup sederhana. Pihak penerima tamu -entah itu Staf Kantor apalagi Direksi- tentu saja ingin mengetahui siapa gerangan tamunya, sehingga dia bisa menentukan apakah tamu bisa dipersilakan masuk ke ruangan atau ditemui langsung. Tentu saja setelah tamu diberitahu terlebih dahulu oleh petugas front desk. 


Camera 9 - Meeting Room
Seorang direksi tentu saja merasa "gerah" jika saat meeting tiba, namun peserta yang hadir baru beberapa orang saja. Oleh sebab itulah, maka ia perlu bantuan camera untuk memastikan peserta meeting sudah ada di tempat atau belum.  


Camera 10 - Ruang Staf Office
Diakui atau tidak, bekerja di bawah pengawasan camera terkadang bisa membuat seseorang merasa under pressure. Tetapi itulah dunia kerja, kadang-kadang untuk tetap berprestasi, direksi memandang perlu untuk memasang camera di tempat stafnya bekerja. Hanya sekadar memastikan, bahwa si A atau si B ada di tempat tentunya tidak salah, bukan? Persoalan teknis yang sering muncul di area seperti ini adalah soal sudut pandang. Lensa lebar akan memberi tangkapan objek yang seolah-olah jauh alias tidak jelas. Untuk itu prioritaskanlah area mana yang akan ditangkap. Jika ada banyak ruangan staf yang perlu diawasi, pertimbangkanlah untuk menambah lagi camera, tetapi terpisah dari sistem yang sudah ada. Apa sebab? Karena area staf ini sifatnya internal. Jadi hanya Direksi atau staf khusus saja yang boleh melihat, bukan bagian lain, terlebih lagi saat sistem CCTV kita ter-connect ke Internet!


Camera 11 - Ruang Staf Pabrik
Oleh karena dua ruangan ini terhubung secara fisik melalui selasar, maka menempatkan camera di sini bisa melengkapi sequence yang kami bangun. Selain itu, bisa terlihat pula dengan siapa seseorang berhubungan satu sama lain. Jadi posisi camera di ruangan ini terbilang cukup penting.


Camera 12 - Kantin Staf 
Lha, karyawan yang makanpun sampai diamati segala? Nanti dulu. Kadangkala karyawan terlalu asyik ngobrol di sini hingga lupa waktu. Nah, ketimbang menegur mereka secara langsung, ada baiknya memasang camera di posisi ini dengan harapan karyawan menyadari sendiri.


Camera 13 - Kantin Karyawan
Seandainya ada kantin seperti ini di pabrik anda, maka pemasangan camera di lokasi ini terasa lebih efektif untuk meningkatkan kesadaran karyawan. Jadi, pertimbangkanlah!


Camera 14 dan Camera 15 - Docking Area
Kami sendiri kurang mengerti apa penamaan yang tepat bagi lokasi bongkar muat barang, cuma kira-kira maksudnya demikian. Pencatatan kegiatan bongkar muat barang dalam log book Adm Gudang akan lebih lengkap jika disertai pengamatan dan rekaman dalam bentuk video. Setidaknya membantu dalam memastikan container warna apa sih yang mengangkut item ini pada tanggal sekian jam sekian? Atau siapakah karyawan yang mengangkut dan menurunkan barang? Dengan begitu, jika sampai terjadi kehilangan barang, maka rekamannya bisa dilacak dari awal.


Camera 16 - Water Treatment
Terakhir, sebagai bentuk perhatian terhadap lingkungan sekitar, maka satu camera kami tempatkan di area ini. Ini berguna untuk memastikan apakah kondisi pengolah limbah pabrik ini telah bekerja optimal ataukah ada kerusakan (mungkin bisa dikenali dari warna airnya?). Selain itu camera ini bisa berfungsi sebagai upaya preventif, sebab bisa saja ada anak-anak sekitar pemukiman warga yang masuk ke area ini hanya sekadar berburu layang-layang atau bahkan bermain bola! Nah, jika tertangkap camera, maka petugas security bisa bertindak cepat guna mencegah hal-hal yang tidak dinginkan. Untuk malam hari, jika memungkinkan pertimbangkanlah untuk menambah lampu penerangan di beberapa titik ketimbang memakai camera IR.


Penutup
Paparan di atas hanyalah salah satu dari sekian bentuk konfigurasi titik camera di lokasi pabrik. Semoga bisa menjadi gambaran jika satu saat nanti kita diminta saran oleh user untuk menentukan titik di lokasi seperti itu. Walau user-lah sebenarnya yang lebih tahu, namun terkadang user meminta saran kita mengenai letaknya.


Mengamati camera pabrik terus-menerus tergolong pekerjaan yang membosankan (rata-rata seseorang hanya menghabiskan waktu antara 5 - 10 menit untuk "bermain-main" dengan peralatan ini!). Oleh sebab itulah kami lebih suka mengamati area dengan banyak objek bergerak dan berpindah dari satu camera ke camera lain secara berurutan (sequence) ketimbang mengamati area sepi. Bagaimana dengan Anda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar